
Warga Metland Menteng, Jakarta Timur, menggelar aksi di tepi Banjir Kanal Timur (BKT) sebagai bentuk penolakan terhadap truk sampah yang akan melewati lingkungan mereka menuju Refuse Derived Fuel (RDF) Rorotan, Jakarta Utara.
Dalam aksinya, warga membentangkan spanduk bertuliskan “Warga Metland Menteng menolak akses truk sampah RDF melalui sisi Jalan BKT Perumahan Metland Menteng”.
Aksi ini dilakukan menyusul adanya informasi bahwa akses jalan fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) di kawasan perumahan tersebut akan digunakan sebagai jalur truk pengangkut sampah menuju RDF Rorotan.
Salah satu warga bernama Hani (55) mengaku keberatan karena khawatir dampak negatif yang akan timbul terhadap lingkungan dan keamanan warga.
“Efek buruknya dari bau sampah, jalan jadi kotor, dan kemungkinan kriminalitas meningkat karena truk bisa antre hingga enam jam. Kalau sudah begitu, pemalakan sopir bisa terjadi,” kata Hani di Jakarta Timur, Selasa.
Menurut Hani, jalan yang akan digunakan truk tersebut memang fasilitas milik perumahan yang telah diserahkan kepada Pemprov DKI Jakarta. Namun, warga menolak jalan itu digunakan sebagai akses kendaraan pengangkut sampah.
Apalagi, aroma sampah dari RDF bisa tercium hingga empat kilometer. Kemudian, jika truk berhenti dekat permukiman, dampaknya akan langsung terasa oleh warga.
“Kami tidak menolak RDF Rorotan-nya, tapi kami menolak truk sampahnya lewat sini,” tegas Hani.
Selain itu, warga juga menolak rencana Pemkot Jakarta Timur yang akan melakukan pengukuran jalan dan mencopot pagar pembatas sebagai persiapan lintasan truk.
Mereka khawatir bau sampah akan mengganggu kenyamanan warga, terutama saat akhir pekan ketika area BKT biasa digunakan warga untuk berolahraga dan rekreasi keluarga.
“Sabtu dan Minggu biasanya ramai anak-anak main, ada komedi putar, bahkan balapan motor mainan. Kalau bau sampah sampai ke sini, pasti mengganggu,” ujar Hani.
Aksi tersebut sempat memicu perdebatan antara warga dengan Lurah Ujung Menteng, Agus Sulaeman. Agus berjanji akan meninjau ulang surat edaran terkait penggunaan jalur tersebut.
Selain itu, Agus menyatakan prioritas penggunaan jalan untuk fasilitas umum dan sosial (fasos-fasum) menjadi fokusnya.
“Kita fokus di sini dulu, untuk Fasos-Fasum,” ujar Agus saat berdialog dengan warga.